“Dijadikan indah pada pandangan manusiaapa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. itulah kesenangan dunia dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Al-Imran: 14)
Harta ibarat api. Bermanfaat dan juga berbahaya.
Bila engkau menggunakannya dengan baik dan benar, akan kau dapatkan banyak manfaat darinya.
Bila engkau membelanjakan hartamu di jalan-Nya, niscaya makin banyak pula nikmat yang akan ditambahkan-Nya.
Bila engkau menggunakannya dengan tidak bijaksana, maka api tersebut akan membakarmu.
Bila engkau jadikan dirimu terbudak oleh harta, niscaya tercelalah dirimu di dunia dan di akhirat.
Miris rasanya melihat realita kehidupan yang sebenarnya di dunia ini. Ternyata dunia tak seindah yang aku bayangkan. Ternyata selama ini aku begitu polos atas kenyataan-kenyataan yang ada di sekitarku. Semua orang berlomba-lomba mengumpulkan harta, baik dengan cara yang halal maupun dengan cara yang haram.
Dakwah pun terkena imbasnya. Dakwah dikomersialkan. Menjadi media untuk mencari ketenaran, kekayaan, jodoh, dll. Tak mau berdakwah jika tak dibayar dengan mahal. Padahal dakwah itu wajib hukumnya, dan Allah lah sebaik-baiknya pemberi balasan.
Sebut saja namanya Ustadz X. Beliau adalah pendakwah kondang di negeri ini. Namanya sering menghiasi media-media massa nasional. Dari segi kulitas, kami “kira” beliau cukup memadai dan memenuhi kriteria untuk menjadi salah satu pengisi acara kami di bulan Ramadhan ini. “Muda, menarik dan berkualitas,” begitu perkiraan kami. Setelah dihubungi, tahukah berapa bayaran yang dimintanya?
Dua puluh juta + tiket pesawat PP dua orang + wajib membeli produk yang dijualnya minimal satu kodi.
Masih cocok kah beliau disebut seorang Ustadz?
Dan kami hanya geleng-geleng kepala. Sungguh kecewa rasanya.
“Ini dakwah Ustadz, bukan konser musik, kami tidak akan menarik biaya untuk peserta yang datang nantinya, dari mana kami mendapatkan duit sebanyak itu?”
Ataukah karena embel-embel Fakultas Kedokteran membuatmu gelap mata Ustadz? Mengira kami adalah orang-orang kaya yang mudah saja dimintai hartanya. Kalaupun kami memiliki dana sebanyak yang kau minta, tak akan pernah kami berikan padamu. Apa yang kau sampaikan tak kan pernah membekas di hati. Karena dakwahmu bukan karena-Nya, tapi karena duit semata. Lebih baik kami mengundang seseorang yang benar-benar ustadz, walaupun kurang terkenal tapi apa yang disampaikannya berkah, memberikan banyak manfaat untuk orang lain.
“ Semoga Allah memberimu hidayah, Ustadz.”
Pendidikan juga tak luput dari efek negatif harta. Sogok menyogok ternyata menjadi sesuatu yang lazim di luar sana. Teringat sewaktu liburan semester I kelas XII dulu, waktu itu aku berlibur ke rumah salah seorang saudara di suatu kota. Ternyata tetangga depan rumahnya adalah “calo” yang terbiasa memasukkan orang ke Fakultas Kedokteran lewat jalur belakang.
“Mau kuliah di kedokteran ya Mbak?”
“Insya Allah Pak” jawabku pendek.
“ Nanti lewat saya saja Mbak, dijamin 99% keterima, tapi biayanya agak mahalan dikit, sekitar 200 juta.” Ucapnya mantap dan meyakinkan.
“ Haha nggak deh Pak, saya mau coba jalur undangan dulu, lagian sayang banget duit segitu, mending dibeliin sawit” ujarku polos.
Dalam hati, rasanya sudah panas dan tersinggung sekali. Aku merasa diremehkan.
Sejak saat itu aku semakin tertantang untuk diterima di FK melalui jalur undangan. “Terimakasih Pak!”
Kesalahan terbesar bapak tersebut adalah tidak paham dan tidak tahu akan latar belakang sasarannya.
Salah sekali bapak tersebut menawariku. Seharusnya bapak tersebut pilih-pilih mangsa, bukan asal menawarkan “jasanya” ke setiap orang.
Ya, ternyata banyak sekali orang-orang di luar sana yang butuh duit dan mencarinya dengan cara seperti diatas. Mencari mangsa orang-orang berkelebihan harta yang rela “menyedekahkan” hartanya demi masuk Fakultas Kedokteran.
Satu lagi peristiwa miris dan lucu seputar dunia pendidikan yang pernah saya alami. Waktu itu salah seorang bertanya kepada saya.
“ Nov, sekolah islam yang berkualitas dalam hal akademik dan agama di Jawa Timur apa ya?”
“ MAN 3 Malang, SMA 2 Darul Ulum, Cuma tahu itu” jawabku.
Kebetulan adikku bersekolah di SMA 2 Darul Ulum, dan ia pun bertanya banyak info mengenai sekolah tersebut.
Di penghujung pembicaraan.
“ Nov, ada link orang dalam gak?” “ Biar adikku bisa pasti keterima.” Ucapnya.
Sebuah pertanyaan bodoh yang memiriskan. Ternyata dunia tak seindah yang kukira. Ternyata mental penduduk Indonesia masih jauh dari mental sukses.
“ Haha gak ada. Gak pakai yang begituan, dulu adikku masuk kesana karena kemampuannya , bukan karena orang dalam.” Jawabku mengakhiri pembicaraan.
Bagaimana jadinya bila dunia ini dipenuhi orang-orang yang gila harta? Berdakwah karena harta. Masuk sekolah dengan harta, menyogok kemana-mana demi meraih impian. Semoga saja setelah jadi pejabat nantinya tidak korupsi. Tidak memakan harta rakyat agar modalnya dulu kembali. Semoga saja setelah jadi dokter nantinya tidak membebani biaya yang tinggi pada pasiennya. Semoga saja bisa menjadi orang yang mencintai orang miskin.
Ketika harta bisa membeli segalanya
ketika harta memperbudak manusia
Ketika harta membuat orang khilaf dan lupa diri, tak dapat membedakan yang baik dengan yang buruk.
Ketika harta menjadi sembahan menyaingi-Nya
Ketika manusia memaksakan kehendaknya tanpa sadar atas kemampuan diri
Ketika manusia menginginkan cara instan dan mudah untuk wujudkan mimpinya, menghalalkan segala cara
Usaha minimal hasil maksimal tak akan pernah ada
Karena hukum alam berlaku, rangsangan subliminal atau rangsangan terkecil tak akan pernah sanggup menghasilkan respon sedikitpun
Ya Allah… Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.
Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat pada mereka
Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat